Laman

Minggu, 12 Juni 2011

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia. Virus dengue sebagai penyebab penyakit demam berdarah dengue, merupakan mikroorganisme yang sangat kecil hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Virus hanya dapat hidup di dalam sel hidup, maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia yang ditempati terutama untuk kebutuhan protein. Apabila daya tahan tubuh seseorang yang terkena infeksi virus tersebut rendah, sebagai akibatnya sel jaringan akan semakin rusak.



Demam dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam dengue tiap tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena curah hujan di Asia yang sangat tinggi terutama di Asia timur dan selatan ditambah dengan sanitasi lingkungan yang tidak bagus. Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. 

Penyakit DBD ditunjukkan melalui munculnya demam tinggi terus menerus, disertai adanya tanda perdarahan, contohnya ruam. Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang. Selain itu tanda dan gejala lainnya adalah sakit perut, rasa mual, trombositopenia, hemokonsentrasi, sakit kepala berat, sakit pada sendi (artralgia), sakit pada otot (mialgia). Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.

Sesudah masa tunas atau inkubasi selama 3 - 15 hari, orang yang tertular dapat mengalami atau menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
  1. Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
  2. Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
  3. Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.
  4. Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok atau presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Pencegahan demam dengue membutuhkan pengendalian atau eradikasi dari nyamuk pembawa virus. Lakukan 3 M (Menguras, Menutup dan Menimbun) tempat-tempat yang disukai nyamuk untuk berkembang biak. Peranan pemerintah sangat diperlukan sebagai motivator disamping peranan masyarakat sebagai pelaksana.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah, sebagai berikut:
  1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, olahraga rutin, dan istirahat yang cukup.
  2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu Menguras bak mandi, Menutup wadah yang dapat menampung air, dan Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meskipun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang.
  3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk.
  4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas tinggi. Periksakan segera ke dokter atau rumah sakit terdekat.
Seperti yang dimuat dalam cakrawalanews.com, pemberantasan sarang nyamuk merupakan salah satu upaya yang efektif untuk menekan kasus Demam Berdarah Dengue (BDB) di Jakarta Utara, PSN terbukti membuahkan hasil. Sejak Januari hingga awal Maret 2011, kasus DBD di Jakarta Utara mencapai 485 kasus. Jumlah ini mengalami grafik penurunan dibanding periode yang sama tahun 2010 mencapai 723 kasus. Sejak awal tahun hingga kini, jumlah kasus DBD terbanyak terjadi di Kecamatan Tanjung Priok dengan 135 kasus. Disusul Kecamatan Koja 95 kasus, Kecamatan Kelapa Gading 91 kasus, Kecamatan Cilincing 81 kasus, Kecamatan Pademangan 42 kasus, dan Kecamatan Penjaringan dengan 41 kasus.

Sedangkan untuk tingkat provinsi, saat ini, Jakarta Utara menduduki peringkat ketiga kasus terbanyak DBD dengan 485 kasus. Peringkat pertama ditempati Jakarta Timur dengan 1.030 kasus, Jakarta Selatan dengan 583 kasus, Jakarta Barat dengan 451 kasus, Jakarta Pusat dengan 324 kasus dan Kabupaten Kepulauan Seribu dengan satu kasus. Selama tahun 2010, kasus DBD di Jakarta Utara mencapai 4.784 kasus, dengan jumlah kasus tertinggi terdapat di Kecamatan Tanjungpriok dengan 1.318 kasus. Disusul Koja 916 kasus, Kelapagading sebanyak 873 kasus, Cilincing 750 kasus, Penjaringan 527 kasus, serta Pademangan 400 kasus.

Sampai saat ini belum ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah. Sebagai upaya untuk menciptakan vaksin yang dapat digunakan sebagai penangkal DBD, 5 Fakultas Kedokteran di 5  negara ASEAN yaitu Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia telah melakukan penelitian selama 25 lima tahun, yang hasilnya diharapkan dapat menekan sekecil mungkin angka kesakitan dari DBD. Hasil dari penelitian tersebut, saat ini sedang dilakukan uji coba vaksin DBD pada 800 anak di Puskesmas yang terdapat di beberapa kecamatan. Kecamatan yang berpartisipasi adalah Kecamatan Senen, Tambora, Koja, Pasar Minggu, dan Jatinegara. Setelah disuntik vaksin DBD, kondisi anak-anak dipantau selama lima tahun ke depan untuk melihat kondisi kesehatan, khususnya terkait ketahanan tubuh mereka terhadap penularan penyakit DBD. Apabila dalam kurun waktu 5 tahun vaksin terbukti aman dan efektif menangkal virus dengue, maka vaksin tersebut akan diedarkan dimasyarakat luas pada tahun 2016. dbws

1 komentar:

Sakina_ai mengatakan...

terima kasih, tulisannya cukup membantu...:)