Laman

Rabu, 18 Mei 2011

Ancaman Gempa Jakarta

Di Indonesia salah satu daerah yang memiliki potensi gempa adalah Jakarta.  Jakarta yang pernah bernama Jayakarta, Jacatra, dan Batavia ini dalam sejarahnya pernah dikejutkan oleh gempa yaitu pada 1699, 1790, 1883 dan, 1903. Saat ini terhembus isu yang cukup kuat berkaitan dengan ancaman gempa di Jakarta yang berkekuatan 8,7 Skala Richter. Seperti halnya pernyataan Staff Khusus Presiden Bidang Sosial dan Bencana, Andi Arief yang pernah memprediksikan Jakarta akan dilanda gempa bumi berkekuatan 8,7 Skala Richter dan akan disapu gelombang tsunami.
Ahli Gempa LIPI, Dani Hilman mengatakan, pusat gempa berkekuatan 8,7 SR berada di Selat Sunda, bahkan menurutnya potensi kekuatan gempa bisa diatas 8,7 SR. Potensi gempa di Selat Sunda bisa terjadi sebab wilayah itu berada di atas zona subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia serta zona transisi subduksi miring di barat Sumatera dengan subduksi tegak di selatan Jawa. Gempa bisa dipicu oleh pelepasan energi dari pergerakan lempeng Indo-Australia ke utara dengan kecepatan 6 cm/tahun. Aktivitas tektonik, vulkanik di Selat Sunda tahun 416 Masehi terjadi gempa yang menyebabkan naiknya gelombang laut dan mengenangi daratan dan memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. 

Berdasarkan sejarah, di Selat Sunda telah berkali-kali terjadi bencana tsunami yang tercatat dalam katalog tsunami. Tsunami yang terjadi ini disebabkan oleh beberapa fenomena geologi, di antaranya erupsi gunung api bawah laut Krakatau yang terjadi tahun 416, 1883, dan 1928; gempa bumi pada tahun 1722, 1852, dan 1958; dan penyebab lainnya yang diduga kegagalan lahan berupa longsoran baik di kawasan pantai maupun di dasar laut pada tahun 1851, 1883, dan 1889.
Kondisi tektonik Selat Sunda sangat rumit, karena berada pada wilayah batas Lempeng India-Australia dan Lempeng Eurasia, tempat terbentuknya sistem busur kepulauan yang unik dengan asosiasi palung samudera, zona akresi, busur gunung api dan cekungan busur belakang. Palung Sunda yang menjadi batas pertemuan lempeng merupakan wilayah yang paling berpeluang menghasilkan gempa-gempa besar. Adanya kesenjangan kegiatan gempa besar di sekitar Selat Sunda dapat menyebabkan terakumulasinya tegasan yang menyimpan energi, dan kemudian dilepaskan setiap saat berupa gempa besar yang dapat menimbulkan tsunami.


Data Kejadian Tsunami berdasarkan Katalog Soloviev dan Go, 1974 :

  • Tahun 416 : Kitab Jawa yang berjudul “Book of Kings” (Pustaka Radja), mencatat adanya beberapa kali erupsi  dari     Gunung Kapi , yang menyebabkan naiknya gelombang laut dan menggenangi daratan, dan  memisahkan P. Sumatera dengan P. Jawa. Gunung Kapi ini diyakini sebagai Gunung api Krakatau  saat ini. 
  • Oktober 1722 : 8:00 terjadi gempa bumi kuat di laut, yang dirasakan di Jakarta dan menyebabkan air laut naik  seperti air mendidih.
  • 24 Agustus 1757 :  2:00, Gempa bumi yang kuat dirasakan di Jakarta kurang lebih selama 5 menit. Pada 2:05, selama   goncangan yang terkuat, angin dirasakan berasal dari timur laut. Air sungai Ciliwung meluap naik  hingga 0,5 meter dan membanjiri Kota Jakarta. 
  • 4  Mei 1851 :  Di Teluk Betung, di dalam Teluk Lampung di pantai selatan pulau Sumatera, teramati  gelombang  pasang naik 1,5 m di atas air pasang biasanya. 
  • 9 Januari 1852 : Segera setelah 18:00, dirasakan gempabumi yang menyebar dari bagian barat Jawa hingga bagian  selatan Sumatera, dirasakan juga di Jakarta, dan gempa-gempa susulannya dirasakan pula di Bogor  dan Serang. Pada  20:00 terjadi fluktuasi air laut yang tidak seperti biasanya. 
  • 27 Agustus 1883 : 10:02, terjadi erupsi yang sangat dahsyat dari gunung api Krakatau, yang diikuti oleh gelombang  tsunami. Ketinggian tsunami maksimum teramati di Selat Sunda hingga 30 meter di atas permukaan  laut, 4 meter di pantai selatan Sumatera, 2-2,5 m di pantai utara dan selatan Jawa, 1,5-1 m di  Samudera Pasifik hingga ke Amerika Selatan. Di Indonesia sebanyak 36.000 orang meninggal dunia.  
  • 10 Oktober 1883  :  Di Cikawung di pantai Teluk Selamat Datang, teramati gelombang laut yang membanjiri pantai sejauh  75 m. 
  • Februari 1884 :  Lima bulan setelah kejadian erupsi Gunung api Krakatau, tsunami kecil teramati di sekitar Selat  Sunda, diakibatkan oleh suatu erupsi gunung api. 
  • Agustus 1889  :   Teramati kenaikan permukaan air laut yang tidak wajar di Anyer, Jawa Barat 
  • 26 Maret 1928 : Kejadian erupsi gunung api Krakatau diiringi oleh kenaikan gelombang laut yang    teramati di beberapa tempat di sekitar wilayah gunungapi. 
  • 22 April 1958 : 5:40, dirasakan gempa bumi di Bengkulu, Palembang, Teluk Banten dan Banten yang diiringi dengan kenaikan permukaan air laut yang meningkat secara berangsur.
Sumber: Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 241-251 

10 Kiat Menghadapi Gempa


Sumber :
http://mediaanakindonesia.wordpress.com/2011/05/16/masyarakat-cemas-jakarta-dibawah-ancaman-gempa-87-sr/
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=5&jd=Bersiap+Menghadapi+Ancaman+Gempa&dn=20100628093739
http://sains.kompas.com/read/2011/05/17/14060896/Jakarta.Memang.Punya.Potensi.Gempa.8.7SR

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Apa bener besok malem jumat bakal ada tsunami di jakarta??